Monumen Geneng yang terletak di Dusun Sentul, Geneng, Sidoagung, Godean, Sleman, berdiri sebagai pengingat pertempuran sengit pada 6 Mei 1949. Pertempuran ini terjadi ketika pasukan gerilya yang dipimpin Kapten Widodo (Jono) bertempur melawan tentara Belanda. Serangan tersebut diawali dengan tembakan mortir dari Cebongan yang menargetkan Dusun Sentul dan area sekitarnya, termasuk Pasar Godean yang tengah ramai pengunjung pada hari pasaran. Akibat serangan tersebut, banyak korban tewas dan terluka.
Monumen dengan Relief dan Puisi Perjuangan
Monumen ini memiliki bentuk tugu dengan tiga sisi. Pada bagian tengah terdapat relief yang menggambarkan pertempuran sengit antara tentara Indonesia dan Belanda. Sisi kanan dan kiri tugu1 dihiasi dengan puisi-puisi perjuangan, yang menggambarkan semangat dan pengorbanan para pejuang yang gugur. Monumen ini didirikan sebagai simbol penghormatan dan pengingat akan keberanian para pahlawan yang berjuang di medan pertempuran.
Latar Belakang Pertempuran
Serangan Belanda di Godean terjadi karena adanya basis gerilya di beberapa dusun di sekitar Pasar Godean, seperti Dusun Sentul Geneng, Godean IV, dan Senuko. Pasukan Belanda menyerbu dengan tujuan menghancurkan kekuatan gerilya yang bersembunyi di wilayah tersebut. Namun, pasukan TNI dari Kompi Kesatuan 151 bersama warga setempat berhasil memberikan perlawanan sengit. Dalam pertempuran ini, beberapa pejuang gugur, di antaranya:
- Ahmad Zaini (TNI AD)
- Jae Sumantoro (TNI AU)
- Amir Patinama (Brimob)
- Goploh (Laskar Rakyat)
- Sukirdjo dan Sukirdjan (warga sipil)
Selain itu, beberapa rumah di Godean IV, seperti milik Karyotomo (almarhum) dan Joyo Sudarmo, berfungsi sebagai dapur umum bagi para pejuang yang bertempur di sekitar wilayah tersebut.
Hilangnya Jejak Sejarah
Sayangnya, Monumen Perjuangan Geneng yang begitu bersejarah ini telah diratakan oleh penerus pemilik lahan tanpa adanya koordinasi yang memadai. Hal ini mengakibatkan hilangnya salah satu simbol penting perjuangan di wilayah Godean. Meski monumen fisik sudah tiada, kisah heroik pertempuran di Godean tetap hidup dalam kenangan masyarakat sekitar yang masih menghormati pengorbanan para pahlawan.
Monumen Geneng bukan hanya sekadar tugu, tetapi juga simbol keberanian rakyat Godean melawan penjajahan. Meski kini tinggal kenangan, semangat perjuangan itu tetap abadi.
Monumen ini berbentuk tugu dengan tiga sisi. Di bagian tengah, terdapat relief yang menggambarkan situasi pertempuran. Sementara itu, di sisi kanan dan kiri, terukir puisi-puisi yang menceritakan semangat perjuangan para pahlawan yang gugur.
Selain sebagai simbol penghormatan, monumen ini juga menjadi pengingat bahwa Godean pernah menjadi pusat gerilya yang sangat penting. Basis-basis gerilyawan berada di sekitar dusun Sentul Geneng, Godean IV, dan Senuko, yang menjadi sasaran utama tentara Belanda pada hari naas tersebut.
Namun, sangat disayangkan, Monumen Perjuangan Geneng kini telah diratakan oleh penerus pemilik lahan tanpa koordinasi dengan pihak terkait. Hilangnya monumen ini menjadi sebuah ironi, di mana jejak sejarah besar kini tak lagi terlihat. Meski demikian, kisah perjuangan ini tetap hidup melalui kenangan kolektif masyarakat yang masih menghormati pengorbanan besar para pahlawan lokal.
- Terlihat samar ada tulisan, “maju terus pantang mundur” dan “sekali merdeka tetap merdeka”. ↩︎