Sebaran nilai gabungan SPMB DIY 2025 mengungkapkan gambaran menarik tentang kualitas dan distribusi capaian akademik siswa jenjang SMP/MTs se-Daerah Istimewa Yogyakarta. Dari total 54.593 peserta, mayoritas siswa memperoleh nilai pada rentang 200 hingga 250, menunjukkan distribusi nilai yang cenderung mengumpul di tengah-bawah. Fenomena ini mengisyaratkan bahwa sebagian besar peserta masih berada pada level kemampuan yang perlu ditingkatkan, sementara hanya sebagian kecil yang menembus rentang nilai tinggi.
Data ini menjadi pijakan penting bagi para pemangku kebijakan, sekolah, dan orang tua untuk memahami dinamika prestasi siswa dan merumuskan strategi peningkatan mutu pendidikan ke depan.
Bagi yang ingin melihat data utuh, data ada di bagian bawah artikel ini.
Distribusi Nilai Peserta ASPD SMP DIY 2025
Nilai tertinggi berada di rentang 385,00 – 389,99, diikuti oleh segelintir peserta dengan nilai 390 ke atas.
Nilai tertinggi tercatat di bawah 395, dan hanya 2 siswa yang mendapat nilai antara 390 – 394,99, serta tidak ada yang meraih nilai 395 – 399,99.
Jumlah peserta terbanyak berada di rentang nilai 200 – 250, menunjukkan sebaran nilai cenderung ke tengah-bawah (kurva normal agak miring ke kiri).
Jumlah Peserta:
Jumlah total peserta adalah 54.593 siswa.

Sebaran asal peserta berdasarkan wilayah:
- Kota Yogyakarta: 7.350
- Kab. Bantul: 13.973
- Kab. Kulon Progo: 6.361
- Kab. Sleman: 16.779
- Kab. Gunungkidul: 10.130
- Luar DIY: 0
Performa Tiap Kabupaten/Kota:
- Sleman menyumbang peserta terbanyak dan terlihat dominan dalam jumlah peserta di hampir semua rentang nilai.
- Gunungkidul dan Kulon Progo memiliki jumlah peserta lebih sedikit dibandingkan kabupaten/kota lainnya.
Kelompok Nilai Tinggi (>350):
Jumlah siswa dengan nilai di atas 350 adalah sekitar 912 siswa.
Artinya, hanya sekitar 1,7% dari total peserta yang meraih nilai tinggi ini — menunjukkan selektivitas tinggi pada rentang atas.
Kelompok Nilai Rendah (<200):
Jumlah peserta yang mendapat nilai di bawah 200 adalah sekitar 5.667 siswa (~10,4%), menunjukkan ada porsi signifikan siswa dengan capaian akademik rendah.
Sebaran yang cenderung terpusat di nilai menengah ke bawah mengindikasikan perlunya evaluasi menyeluruh terhadap proses belajar-mengajar, khususnya di wilayah dengan capaian rendah. Di sisi lain, daerah-daerah dengan performa tinggi dapat menjadi rujukan praktik baik yang layak ditiru. Dengan menggunakan data ini sebagai dasar pengambilan keputusan, diharapkan strategi pendidikan ke depan menjadi lebih tepat sasaran, inklusif, dan berdampak langsung pada peningkatan kompetensi siswa secara merata.
https://drive.google.com/file/d/1VR2kdv-dTQgpnh_D0kDxTUo28XgWvce4/view?usp=sharing